Selasa, 14 April 2020

Cerpen


4 Lilin dan Anak Kecil
Oleh : Sukahar Ahmad Syafi’i
“ Ma, mau cerita apa malam ini? “ tanya Silvi
“ cerita apa ya, oh ya, mama punya cerita hikmah buat Silvi”
“ Apa itu ma, cepet ceritain donk? ” tanya Silvi penasaran
Di dalam sebuah ruangan tertutup, ada 4 batang lilin yang sedang membicarakan sesuatu. Nampaknya mereka sedang bercakap-cakap. Lilin pertama berkata “ Aku adalah lilin kedamaian, dengan menyalanya aku, maka hati orang-orang akan merasa damai, tapi nampaknya sekarang orang-orang tersebut tidak butuh aku lagi, oleh karena itu aku akan mematikan  cahayaku” akhirnya lilin pertama pun mati. Lilin kedua berkata “ aku adalah lilin keyakinan, dengan menyalanya aku, orang-orang semakin yakin akan apa yang mereka inginkan, tapi nampaknya sekarang orang-orang tersebut tidak butuh aku lagi, oleh karena itu aku akan mematikan  cahayaku” akhirnya lilin kedua pun mati. Lilin ketiga pun berkata “ Aku adalah lilin cinta, dengan menyalanya aku, maka hati orang-orang akan dipenuhi dengan rasa cinta, tapi nampaknya sekarang orang-orang sudah tidak butuh aku lagi, oleh karena itu aku akan mematikan  cahayaku” akhirnya lilin ketiga pun mati. Sebelum lilin keempat berkata, tiba-tiba ada seorang anak kecil masuk ke dalam ruangan tersebut.
“ Lalu apa yang terjadi dengan lilin yang ke-empat Ma? , apa dia juga ikut mati?, terus anak kecilnya gimana, Ma ? tanya silvi penasaaran
Silvi, tiba-tiba anak kecil itu menjerit keras sekali, engkau tau kenapa dia menjerit Silvi ? karena ruangan tersebut hampir gelap, dan anak kecil tersebut sangat takut dengan kegelapan. Kemudian lilin ke-empat berkata “Hei, anak kecil jangan takut, ruangan ini belum gelap sepenuhnya, karena masih ada cahayaku yang meneranginya.” ”Lilin aku sangat takut dengan gelap, bisakah kamu membuat ruangan ini kembali terang ?“ tanya anak kecil itu. “ Oh tentu saja bisa, karena aku adalah lilin harapan, karena kau telah mengutarakan harapanmu kepadaku, aku akan membuat teman-temanku kembali menghidupkan cahayanya agar ruangan ini menjadi terang kembali” jawab lilin ke-empat. “ Horee, makasih lilin harapan” ucap anak kecil itu gembira.
“ Gimana Silvi ceritanya, bagus tidak?”
“ Bagus banget Ma, aku suka sama lilin ke-empat dia baik hati sekali, karena dia mau mewujudkan harapan si anak kecil” jawab Silvi polos
“ Apa yang kamu tahu tentang harapan Silvi ?”
“ Harapan itu seperti keinginan Ma “ Jawab Silvi sambil tersenyum
“ Betul Silvi, harapan itu seperti sebuah keinginan, bisa juga disebut cita-cita. Tapi dia lebih terlihat nyata, ketimbang cita-cita atau mimpi”
“ Kalau gitu Silvi punya harapan Ma”
“ Apa itu Silvi ? ”
“ Silvi berharap kelak, silvi menjadi seperti lilin ke-empat Ma, yang bisa membuat orang di sekeliling silvi merasa bahagia dan tidak takut, seperti si anak kecil yang merasa bahagia dan tidak takut lagi karena semua lilin menyala sehingga ruangan menjadi terang “ Jawab Silvi polos sambil tersenyum
*   *   *
Itulah Silvi, gadis belia yang imut dan selalu ceria. Bagiku, dia adalah satu-satunya harta terindah nan berharga yang kumiliki. Ya. Di adalah anak semata wayangku dan cahaya harapanku.
Sejak kejadian 4 tahun lalu, aku menjadi single parent bagi Silvi, dimatanya, aku adalah Ibu sekaligus Ayah. Baginya aku adalah sosok pelindung dan penyayang. Seperti sosok Ayah yang selalu melindungi dan sosok Ibu yang selalu menyayangi.
Kejadian 4 tahun silam telah memberiku pelajaran berharga tentang makna “memiliki.” Dan ternyata ketika kita sudah memiliki, kita juga harus siap untuk kehilangan. Begitulah yang terjadi pada suamiku tercinta, Andre. Dia meninggalkanku beberapa menit pasca kelahiran Silvi akibat kecelakaan beruntun yang memakan banyak korban. Sedih , shock dan campur baur pikiranku mendengar berita itu.
“ Dinda, gimana kabar anak kita ?”
“ Alhamdulillah baik, Mas kamu dimana ?, kamu nggak apa-apa kan? “
“ Aku baik-baik saja kok dinda, seperti yang kamu lihat sekarang”
“ Syukurlah, aku senang karena ternyata berita itu tidak benar”
“ Senyum donk dinda, jangan cemberut gitu, anak kita perempuan kan dinda?, aku beri nama Silvi ya?”
“ Iya Mas, aku setuju, itu sesuai dengan nama yang pernah kita buat dulu.”
“ Dinda, aku minta maaf tidak bisa menemanimu lebih lama, waktuku sudah habis, sekarang saatnya aku pergi, jaga dirimu dan silvi ya, I Love U dinda”
“ Mas, mas Andre jangan pergi !, bagaimana nasib anak kita nanti” teriakku semakin menjadi-jadi
“ Sadar bu, sadar bu, sadar !, anda sedang bermimpi !” Ujar salah seorang suster yang berusaha membangunkanku dengan menggoyang-goyangkan badanku. Tampak betul kepanikan diwajahnya. Sedangkan suster yang lain berusaha mengelap keringat diwajahku. Ternyata ini hanya mimpi. Mas andre memang sudah tidak ada dan dia telah mengucapkan selamat tinggal padaku.
Semenjak itulah aku berusaha sekuat tenaga menjaga, menyayangi dan mendidik silvi agar kelak dia menjadi perempuan yang tegar, optimis dan selalu memiliki harapan. Ya, harapan untuk terus maju dan menjadi yang terbaik dalam hidupnya. Itulah mengapa sejak kecil aku selalu menceritakan kisah-kisah ketegaran para sahabat Nabi saw, keoptimisan para ilmuwan dalam menciptakan sesuatu karya, begitu juga dengan cerita harapan anak kecil kepada sebatang lilin yang menyala.

Cerpen

4 Lilin dan Anak Kecil Oleh : Sukahar Ahmad Syafi’i “ Ma, mau cerita apa malam ini? “ tanya Silvi “ ceri ta apa ya, oh ya, mama pu...